Friday, June 4, 2010

cerpenqu :) perjalanan

Perjalanan
By: Nia Moffetra

Hidup ini memang sebuah pilihan. Pilihan untuk menentukan apa yang disukai maupun tidak. Itulah yang sedang dialami Ricky. Perdebatan antara dia dan ayahnya yang menurutnya selalu mengatur kehidupan anak-anaknya tanpa memperdulikan apa yang anak-anaknya inginkan yang kadangkala jauh dari apa yang diharapkan ayahnya. Terutama masalah yang satu ini, ayahnya ingin Ricky masuk ke universitas kedokteran seperi kedua kakaknya yang juga mengikuti jejak sang ayah, padahal Ricky lebih berminat pada bidang arsitektur. Itulah yang kini membuat Ricky pergi dari rumah. Sudah terlalu lama hidupnya di atur oleh ayahnya, dan sekarang dia ingin menjalani segala sesuatunya menurut kemauannya sendiri.
Senja pada sore itupun mengiringi perjalanan Ricky dengan mobil kesayangannya hadiah ultah dari kakak-kakaknya yang sudah sukses itu. Dia sendiri tidak tahu mau kemana, dia hanya mengikuti jalan yang terbentang di depannya. Dia juga sadar kepergiannya sebentar lagi pasti akan diketahui oleh keluarganya.
Terlihat di depan jalan ada seorang gadis yang melambaikan tangannya untuk bisa mendapat tumpangan sambil membawa backpack. Ricky sih cuek aja, dia lewati gadis itu. Tapi setelah beberapa meter mobilnya melaju, dia baru sadar kalau jalanan itu sepi dan mungkin akan jarang kendaraan yang lewat sini kalau sudah malam begini. Kemudian Ricky memutar balik mobilnya dan mendatangi gadis itu lagi yang ternyata masih berdiri di pinggir jalan itu dengan wajah yang kelihatannya sudah letih.
“ Maaf, mba mau kemana?” tapi gadis itu justru kelihatan kesal dan pertanyaan Ricky pun tak di gubris gadis itu.
“ Maaf mba, bukannya tadi saya tidak mau memberi tumpangan tapi saya kelewatan, lagian malem-malem gini pasti udah jarang ada kendaraan yang lewat sini, kalau mba mau menumpang saya nggak keberatan, daripada ntar mba kenapa-napa di jalan kayak gini” Lanjut Ricky dengan bermaksud agar gadis itu tidak merasa tersinggung.
“Kamu ngancem saya? Saya tahu tadi kamu jalan terus aja tanpa peduli ma saya. Justru saya yang heran kenapa kamu balik lagi, jangan-jangan kamu punya niat jahat ma saya.” Jawab gadis itu ketus.
“ Nggak kok mba, kalau memang mau menumpang nggak papa, saya bisa anterin” jawab Ricky sambil tersenyum.
Gadis itupun masuk ke mobil Ricky walau wajahnya masih terlihat kesal.
“Mau kemana mba?” Tanya Ricky ramah.
“Jalan aja nanti saya kasih tau” jawab gadis itu singkat.
“Saya Ricky, nama kamu siapa?”
“Saya Ata”. Jawab gadis itu ramah akhirnya.
“Kamu masih sekolah?”
“Iya, baru naik kelas 3 SMA, kamu sendiri?”
“Oh, kalau saya baru lulus SMA.”
“Hmm, saya berenti di stasiun aja mas. Di pertigaan jalan nanti belok kanan ada stasiun. Saya berenti di situ saja.”
“Jangan panggil saya mas, panggil Ricky aja.” Jawab Ricky sambil terkekeh.
“Kalau mau tidur silahkan aja, kayaknya kamu lelah banget”
Kemudian gadis itu menatap heran ke Ricky.
“Tenang aja nggak saya apa-apain kok, saya orang baik-baik” jawab Ricky membalas tatapan gadis itu. Walau sebenarnya Ricky masih mau ngobrol dengan gadis itu karena heran juga ngapain dia malem-malem gini pergi sendirian. Malah sempat melesat di pikiran Ricky, jangan-jangan gadis ini juga kabur dari rumah. Tapi dia mengurungkan niatnya karena gadis itu memang sudah sangat terlihat letih.

Malam semakin larut dan lambat laun gadis itu tertidur. Suasana perjalanan itu sangat sepi Ricky cuma ditemani lagu-lagu yang dia putar di mobilnya dengan suara yang pelan. Akhirnya sampai juga di stasiun kereta. Dia pun membangunkan gadis itu. Gadis itupun terbangun dan beranjak keluar dari mobil.
“Kamu beneran berenti di sini? Memang kamu mau kemana sih?” Tanya Ricky heran sambil melihat keadaan stasiun yang lumayan sudah sepi hanya beberapa orang penjual dan penumpang yang terlihat seperti sedang menunggu peberhentian kereta selanjutnya.
“Iya saya berenti di sini saja, saya mau ke rumah tante saya, makasih banyak ya” balas gadis itu.
“Iya, nggak papa kok, hati-hati ya”
“Ok” balas gadis itu semangat dan gadis itupun berlalu dari hadapan Ricky.

Ricky kemudian mampir di mini market yang ada di stasiun itu untuk membeli bekal untuk perjalanan berikutnya. Ricky kaget ketika sedang memilih beberapa makanan kecil, dan matanya tertuju pada surat kabar yang memuat foto dirinya terpajang di situ. Dia langsung bergegas membayar belanjaannya dan juga surat kabar itu. Ricky sadar dia sudah dua hari meninggalkan rumah tanpa ada satupun nomer telpon yang bisa di hubungi. Ricky kembali ke mobil dan menjalankan mobilnya. Dia coba membaca lagi berita yang ada di Koran itu. Dan dia juga kaget karena di halaman yang sama dia melihat sosok foto gadis yang mirip dengan Ata, gadis yang barusan menumpang di mobilnya. Di situ juga tertulis kalau gadis itu juga pergi dari rumah sudah tiga hari. Ternyata apa yang dipikirkan Ricky mengenai gadis itu benar, dia juga kabur dari rumah.
Dan dia lebih kaget lagi waktu Ata tiba-tiba muncul dari belakangnnya.
“Kamu jangan kaget gitu dong, kendarain aja mobil kamu dengan bener. Kamu pasti udah tau berita soal aku dari Koran itu kan. Tadi waktu duduk di stasiun aku liat berita itu, makanya aku panik nggak tau mesti ngapain, akhirnya aku keluar stasiun dan lihat mobil kamu masih ada di sini dan aku masuk aja karena mobil kamu ternyata nggak di kunci. Sorry yach” gadis itu menjelaskan.
Ricky pun baru sadar kalau tadi dia lupa mengunci mobilnya.
“Ternyata kita sama-sama kabur dari rumah ya” balas Ricky.
“Aku juga tau itu, trus kamu sekarang mau kemana?”
“Nggak tau, belum tau juga mau kemana, bukannya tadi kamu bilang mau ke rumah tante kamu?”
“Iya sebenernya aku mau ke rumah tanteku yang ada di Bandung, karena Cuma dia satu-satunya orang yang ngerti banget dengan aku. Eh aku boleh duduk di depan nggak?”
“Silahkan, boleh aja” jawab Ricky sambil memindahlan barang belanjaannya ke belakang.
Mereka mulai merasa akrab satu sama lain dan mulai menceritakan masalah masing-masing. Di mulai dengan Ata yang ternyata dia mengidap gagal jantung. Dia merasa bosan banget terus-terusan tinggal di rumah sakit, makanya dia kabur. Dia ingin sebelum ajalnya tiba dia ingin menghabiskan hidupnya dengan menghirup udara kebebasan dan melakukan hal-hal yang dia ingini. Sedangkan kalau di rumah sakit dia nggak bisa ngelakuin apa-apa selain hanya istirahat dan istirahat. Ricky pun bercerita kalau dirinya kabur juga karena berdebat dengan ayahnya dan ingin bebas dari ayahnya yang selalu mengatur kehidupannya. Sebenarnya kedua kakaknya juga punya cita-cita lain, namun karena tak ingin mengecewakan ayahnya maka kedua kakaknya mengikuti jejak sang ayah sebagai dokter. Sedangkan Ricky tak ingin jadi dokter, dia ingin jadi arsitek. Kemudian terdengar tawa cekikikan dari Ata.
“Loh, kenapa ketawa?” Tanya Ricky heran.
“Enggak, aku cuma mikir, kalau dokternya secakep kamu, aku jamin setiap hari pasti tempat praktek kamu pasti penuh pasien, terutama pasien cewek hahahahahha” jawab Ata geli.
Terlintas senyum malu dari bibir Ricky. Ata tau dia nggak bisa menyangkal kalau Ricky itu memang tampan, badannya tinggi dan tegap dengan kulit yang bersih, Punya selera humor dan juga baik. Walau kadang-kadang dia keliatan sombong, dingin dan cuek kalau lagi diam.

Sudah tiga hari perjalanan mereka sejak bertemu. Perjalanan dari Yogya menuju Bandung. Mereka tidak terburu-buru dan hari-hari dihabiskan di mobil itu. Ya kadangkala kalau lagi melewati jalan yang pemandangnnya bagus mereka berenti sejenak untuk menikmati pemandangan itu. Dan menginap di motel-motel sederhana dengan biaya yang murah tentunya, umtuk mennghemat biaya perjalanan mereka. Hari-hari itu mereka lalui bersama. Mereka juga mulai menyadari kalau keberadaan mereka kadang dikenali oleh orang lain, lantaran infomasi tentang mereka yang ada di Koran nasional itu. Misalnya saja waktu mengisi solar mobil, salah satu pegawai mengenal mereka dan melaporkan mereka ke nomer yang ada di surat kabar itu. Tentu saja mereka langsung kabur dan lupa membayar solar yang mereka beli.
Malam itu Ata terlihat sangat lemah dan pucat. Tubuhnya gemetar dan berkeringat dingin. Ricky tidak tau harus berbuat apa. Sudah berbagai usaha yang dia lakukan untuk menghangatkan Ata, tapi tidak ada perubahan juga, tubuhnya tetap dingin sekali. Sekarang mereka juga lagi berada jauh dari rumah penduduk dan tidak ada penginpan di dekat daerah itu. Ricky semakin tidak tega melihat keadaan Ata. Yang terlintas di pikirannya hanyalah mengantarkan Ata ke rumah sakit. Namun jika dia lakukan itu maka mereka akan berada dalam keadaan seperti mereka dulu. Terperangkap pada pilihan yang tidak mereka inginkan.

“Ata….Ata kamu sudah sadar sayang? Papa dan Mama sangat mencemaskan kamu, kamu kemana saja sih?”
Ata tidak dapat berbicara lagi. Dia sadar, tempat ini tidak asing lagi baginya. Tempat yang selalu dia benci, tempat yang selalu mengekangnya, rumah sakit. Mamanya menjelaskan kalau ada anak laki-laki yang mengantar dia ke rumah sakit, dan dia Cuma bilang semoga kamu cepat sembuh. Ata tak bisa lagi membendung airmatanya. Kenapa Ricky mengingkari janjinya kalau mereka tidak akan kembali ke masa dimana mereka merasa tertekan.
Begitu juga dengan Ricky. Dia kembali ke rumah. Sambutan suka cita dari keluarganya memecah kerinduan keluarganya yang selalu menanti kepulangannya. Ayahnya berjanji untuk tidak memaksa Ricky lagi untuk jadi dokter.
“Yah, Ricky mau jadi dokter, dokter ahli jantung. Boleh kan?” tiba-tiba Ricky menyampaikan keinginannya sekarang kepada ayahnya yang sangat mengejutkan keluarganya, terutama ayahnya.
Dia menyadari pelukan hangat dari ayah dan keluarganya justru membuatnya merasa bahagia dan damai. Namun ada kebahagiaan yang sangat berarti baginya. Kebahagiaan saat-saat kabur dari rumah dan bertemu Ata. Melewati hari bersama dan juga telah merasa benar mengantarkan Ata ke rumah sakit demi kebaikannya. Karena dia tidak ingin melihat Ata menderita tanpa mendapatkan pertolongan dan perawatan yang semestinya.
“Dia cuma menitipkan ini buat kamu” Suster di rumah sakit itu hanya memberikan Ata selembar kertas dan gantungan kunci lumba-lumba yang terdapat bintang di tengahnya.
“Makasih ya” jawab Ata pelan sambil membuka surat itu dan mulai membacanya.
“Ta, maaf ya. Aku lakuin ini karena aku nggak tega lihat kamu menderita tanpa dapat pertolongan yang semestinya, dan aku pasti akan merasa bersalah banget kalau sampai terjadi apa-apa sama kamu. Ini gantungan kunciku buat kamu. Ini barang kesukaanku dan menurut aku bisa membuat aku semangat dan membawa keburuntungan buat aku. Dan aku harap bisa membawa keberuntungan juga buat kamu. supaya kamu nggak putus asa dan mesti yakin kalau nanti kamu itu bakalan bisa sembuh. Karena lumba-lumba itu selalu bahagia dan bintang itu bisa membuat kamu untuk terus berusaha dan nggak putus asa. Aku ingin kalau kita ketemu nanti kamu harus lebih baik dari sekarang yach. Kamu kejar harapanmmu untuk bisa sembuh dan aku akan kejar harapanku untuk melakukan apa yang aku yakini sekarang. Aku yakin kita pasti bisa bertemu lagi nanti.” Walau Ata sedih dengan isi surat itu, tapi itu justru bisa memberi dia harapan agar dia bisa bertahan.

Sudah 5 tahun lamanya setelah peristiwa itu. Dan Ricky sebentar lagi akan segera menyelesaikan sekolahnya dan nantinya bisa menjadi dokter spesialis jantung seperti apa yang dia inginkan. Ricky kini bertugas merawat seorang pasien yang karena keinginannya yang kaut ingin bisa sembuh, maka dia bisa bertahan hingga saat ini. Dia sangat bahagia karena gadis yang dia kenal dulu sangat kuat dan punya semangat yang besar sekarang. ternyata selama 5 tahun ini Ricky selalu memantau perkembangan Ata tanpa Ata sendiri ketahui. Dan memang sekarang Ricky sendiri yang mengajukan diri untuk merawat pasiennnya itu. Dan sekarang pasiennya itu sedang menunggunya.
“Selamat siang, maaf kalau anda sudah menunggu terlalu lama” sapa Ricky.
Alangkah kagetnya Ata ketika meilhat orang yang sekarang berdiri di depannya. Tidak mungkin dia bisa melupakan wajah itu. Orang yang meninggalkan kenangan bersamanya dulu.
“Ricky…..kamu sekarang jadi dokter…tapi kan dulu kamu bilang...”
“Nggak mau jadi dokter” jelas Ricky meneruskan kalimat Ata.
“Aku sudah berubah pikiran saat kamu sekarat dulu. Aku berpikir alangkah bahagianya aku kalau bisa menolong orang lain yang benar-benar membutuhkan pertolonagn aku. Makanya aku memutuskan untuk jadi dokter….dokter spesialis jantung, supaya aku bisa menolong orang seperti kamu.”
Ata tidak dapat menahan rasa rindunya, dia raih tubuh tinggi tegap itu dan memeluknya dengan erat, seolah tak mau orang itu meninggalkannya lagi.
“Rihard….itu nama kamu ya?” balas gadis yang ada di hadapannya itu, dengan rambut ikalnya yang sebahu, dan sekarang lebih manis dan lebih dewasa.
“Yup…itu nama aku, Ricky itu nama kecilku. Dan sekarang aku yang akan merawat kamu” jawab Ricky singkat dan didekap lagi erat gadis itu. Ya, Ata memang terlihat sangat kecil dalam dekapannya.

Desiran angin dan ombak di pantai mengingatkan mereka akan kenangan mereka dulu. Waktu mereka berhenti di pinggir pantai ini untuk menikmati alam sekitarnya.
“Ternyata kamu sewaktu sakit malah jalan-jalan mulu ya”
“Haahhahahha aku bilang ke ortuku kalau aku nggak mau terus-terusan di rumah atau di rumah sakit, aku juga ingin keluar, jalan ke luar kota. Ya akhirnya ortuku mengizinkan aku untuk jalan-jalan dengan ditemenin Mama dan Tanteku. Pokoknya aku bener-bener menikmati hari-hariku dan nggak nyangka aja bisa bertahan selama ini.
“ Tapi kamu tau darimana?”
“Kan selama 5 tahun ini aku selalu memantau kesehatan kamu tanpa sepengetahuan kamu” tawa kecil terdengar dari mulut ricky.
“Dasar jahat kamu” keluh Ata kesal.
“ Kamu selalu tau perkembangan aku, tapi kamu nggak biarin aku tau perkembangan kamu juga selama ini?, aku piker kamu udah lupain aku”
“Bukannya gitu, aku takut kalau kamu malah marah ke aku nanti karena udah nganterin kamu ke rumah sakit waktu itu.” Jelas Ricky.
“Emang sih aku marah dan kesel banget, tapi sekarang udah nggak, akhirnya aku tau kalau kamu Cuma lakuin yang terbaik buat aku, mungkin kalau aku di posisi kamu, aku juga lakuin hal yang sama.” jawab Ata.
“Mungkin karena lumba-lumba ini juga ya?” balas Ricky sambil memegang gantungan kunci mobilnya yang kini sudah menjadi liontin di kalungnya Ata.
“Mungkin…” jawab Ata sambil nyengir.
“Kamu tau semua kenangan kita dulu nggak pernah aku lupain, karena berawal dari sanalah semua kehidupan baruku dimulai” balas Ricky.
“Perjalanan kita dulu rencanannya sampai ke Bandung kan. Tapi ternyata kita hanya bisa setengah perjalanan. Kamu tau, sepertinya pengen deh ngelanjutin perjalanan yang belum selesai itu, tapi bisa nggak ya?? Apa aku masih di beri waktu lagi sama Tuhan untuk ngelakuin apa yang aku mau??”
“Kenapa nggak? Tuhan itu sangat sayang sama kamu, karena kamu punya semangat yang tinggi untuk menjalani hari-hari kamu. Dan lagian kan sekarang ada aku yang bakal ngejaga kamu, untuk melanjutkan nggak hanya perjalan kita yang belum selesai tapi juga melanjutkan perjalanan kehidupan kita selanjutnya” balas Ricky sambil tersenyum.
“Kita??” balas Ata mencoba memperjelas.
“Iya kita, kamu dan aku dan untuk kehidupan kita seterusnnya akan kita lalui bersama, deal??” Tanya Ricky.
“Deal” jawab Ata pasti.

No comments: